Kamis, 05 Januari 2012

Laki-laki itu

Laki-laki itu masih saja diam , dan seolah menutup telinga dengan apayang dari tadi saya ucapkan. Dan laki-laki itu tetap saja menaruh tatapannya pada beberapa , puluhan , ratusan , ribuan , bahkan jutaan onggok warna putih yang terus saja berputar seolah melindungi satu titik hitam .
Saya melihatnya , iya , didetik yang lain saya masih saja melihat dia seperti itu . lama . dan selalu begitu , setiap harinya.
Dia terus saja diam , meremas jari-jarinya dan pelan mengucap yang ‘entah’ apa . kami –saya dan laki-laki itu– atau lebih tepatnya dia saja , dia saja yang terlihat sangat menenggelamkan diri dalam keadaan seperti itu , saya tahu , dia senang , saya tahu , dia sedang mengucap beribu harap jauh didalam rongga dada yang –kelihatannya– semakin menua dan menciut itu.
Sesekali saya mendengar dia mengucap lirih , menyeka air mata , dan –kembali– meremas jari-jarinya.
Di Channel 14 itu , dia men-setting program Televisi kami dengan Stasiun Tv yang dari dulu dan dari tadi ia setia didepannya. Salahsatu Stasiun Tv kesukaannya , dan bahkan sudah difatwakan wajib untuk kami menontonnya . Saudi –Qur’an . iya , Saudi-Qur’an . Stasiun Tv yang hanya menayangkan apa-dan-bagaimana segala sesuatunya di tanah suci , mulai dari keseharian , idul fitri , idul adha , ataupun umroh dan haji nya orang2 disana. Dia begitu menyukai nya , teramat.
Dan pastinya kalian tahu , apa yang dari tadi dia ucapkan sambil meremas jari-jarinya , harapan apa yang selalu memenuhi rongga dadanya . harapan yang diucapkan oleh seorang laki-laki yang hanya bisa melihat tanah itu dari Chanel 14.
-untuk ayahku-

0 komentar:

Posting Komentar

 
;